BAB I
PENDAHULUAN
Untuk
membantu anak dalam mengembangkan diri secara optimal sehingga dapat
merencanakan pencapaian pekerjaan sebagai landasan karier yang seslla
dengan kemampuan, bimbingan karier sebagai salah satu bidang layanan
bimbingan konseling sangat dibutuhkan. Karena bimbingan karier merupakan
bimbinganyang mencakup kegiatan bimbingan kepada siswa dari memilih, menyiapkan
diri, mencari dan menyesuaikan diri terhadap karier (Aryatmi Siswohardjono,
1990: 457). Dengan layanan bimbingan karier yang sudah diberikan diharapkan
siswa dapat memahami karakteristik dirinya dalam hal minat,
nilai-nilai, kecakapan dan ciri-ciri kepribadian serta
dapat rnengidentifikasikan bidang pekerjaan
yang luas, yang mungkin lebih cocok bagi rnereka selanjutnya
diharapkan siswa dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif serta
memberikan kelayakan hidup.
Bimbingan karier
merupakan salah satu aspek bimbingan perkembangan, sehingga sangat
diperlukan sepanjang perkembangan anak, lebih
baik jika bimbingan itu diberikan ke anak sejak
rnasa kanak-kanak bahkan sebelun masuk
sekolah, yang diteruskan di masa sekolah dasar, di
sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih
diperlukan sewaktu seseorang sudah memasuki dunia kerja,
dengan harapan bahwa dengan bimbingan yang diberikan akan
membantu dalam penyesuaian diri dengan sifat dan situasi
kerja.
Dari berbagai tori
tentang penentuan karir individu, maka didalam makalah ini akan membahas
bagaimana teori Holland dalam menentukan karir individu yang sesuai dengan
lingkungan, latar belakng pribadi, dan situasi kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Holland
Pada tahun 1966,
Holland berpendapat bahwa lingkungan-lingkungan okupasional itu adalah realistik,
intelektual, artistik, sosial, pengusaha dan konvensional demikian juga tipe
kepribadian yang diberi nama yang sama. Tingkatan orientasi kepribadian
individu menetukan lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatan
orientasi model pribadi (suatu proses perkembangan yang ditentukan melalui
pembawaan dan riwayat hidup yang bereaksi dengan tuntutan lingkungan) individu
menetukan lingkungan maka semakin efektif pencarian lingkungan yang sesuai.
Pengetahuan individu tentang diri dan lingkungan diperlukan untuk menetapkan
pilihan yang sesuai.
Pada tahun 1973 teori
Holland direvisi bahwa tipe-tipe kepribadian dan okupasi lingkungan itu
realistik, investigatif, artistik, sosial, pengusaha, dan konvensional. Dan
holland juga mnegakui bahwa pandanganya berakar dalam psikologi diferensial,
teutama penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan tradisi psikologi
kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian. Dari dua sumber tersebut
Holland mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan
bekerja dalam lingkungan yang berlainan sebenarnya adalah orang yang
berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda. Manrihu 1992
(dalam creater-development-theory-and enviroment-models.California.state.uversity.scenario.www.wsus.edu/cereectcentre.).
Menurut Holland (dalam
Ketut Sukardi 1994:50), pilihan karir ialah suatu ekspresi atau suatu perluasan
kepribadian dalam dunia kerja yang diikuti oleh identifikasi berikutnya dengan
stereotipe pekerjaan yang spesifik. Perbandingan antara diri (self) dengan
persepsi terhadap suatu pekerjaan dan penerimaan atau penolakan adalah penentu
utama dalam pilihan karir. Keseuaian antara tinjauan diri (self)
seseorang dengan penetapan pemilihan pekerjaan ialah berhubungan dengan model
gaya pribadi.
B.
HOLLAND
Holland
menyusun teorinya yang terdiri atas sebelas pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pemilihan
suatu jabatan merupakan pernyataan suatu kepribadian seseorang.
2. Inventory
minat merupakan inventory kepribadian. Minat merupakan ekspresi kepribadian,
inventory minat merupakan inventory kepribadian.
3. Streotipe
vokasional mempunyai makna psikologis dan sosiologis yang penting dan dapat
dipercaya. Kita dapat menduka seseorang berdasarkan teman-teman, pakaian, dan
prilakunya, apa yang menjadi pekerjaannya. Pengalaman kita sehari-hari
seringkali menunjukkan pengetahuan yang tidak tepat, tetapi tampaknya dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat terhadap berbagai pekerjaan yang
dilakukannya. Misalnya, seorang aktor mempunyai sifat yang berorientasi pada
diri sendiri ( self-centerd) seorang
penjaga (selesman) bersifat
persuasif, seorang akuntan bersifat teliti, ilmuan bersifat tidak sosial, dan
sebagainya.
4. Individu-individu
dalam suatu jabatan atau pekerjaan memiliki kepribadian yang serupa dan
kesamaan sejarah perkembangan pribadinya. Jika individu memasuki satu jenis
pekerjaan tertentu disebabkan riwayat dan kepribadian tertentu, sejalan dengan
itu setiap jabatan atau pekerjaan akan menarik bagi orang yang mempunyai
kepribadian yang serupa.
5. Karena
dalam satu rumpun pekerjaan memiliki kepribadian yang serupa, mereka akan
menanggapi terhadap berbagai situasi dan masalah dengan cara yang serupa, dan
mereka akan membentuk lingkungan hubungan antar pribadi tertentu.
6. Kepuasan,
kemantapan dan hasil kerja tergantung atas kongruensi antara kepribadian individu
dengan lingkungan (yang sebagian besar terdiri atas orang-orang lain) dimana
individu itu bekerja.
7. Pengetahuan
kita tenang kehidupan vokasional adalah tidak tersusun dan seringkali terpisah
dari batang tubuh pengetahuan psikologis dan sosiologis.
8. Di
dalam masyarakat kita, kebanyakan orang digolongkan ke dalam salah satu
daripada enam tipe, yaitu : Realistik,
Intelektual, Sosial, Konvensional, Usaha
(interprising), dan Artistik.
9. Terdapat
enam jenis lingkungan ( Realistik, Intelektual, Sosial, Konvensional, Usaha,
dan Artistik). Masing-masing lingkungan dikuasai oleh satu tipe kepribadian
tertentu, dan masing-masing lingkungan ditandai oleh keadaan fisik yang
menimbulkan tekanan dan masalah tertentu, misalnya lingkungan realistic
dikuasai.
10. Seseorang
mencari lingkungan dan jabatannya yang memungkinkan dapat melaksanakan
kemampuan dan keterampilannya, menyatakan sikap dan nilai mereka, mengambil
peranan dan masalah yang dapat disetujui, dan menghindari peranan dan persoalan
yang tak mereka setujui. Akibatnya tipe realistic mencari lingkungan realistic,
tipe intelektual mencari lingkungan Intelektual, dan seterusnya.
11. Perilaku
seseorang dapat diterangkan melalui bagaimana interaksi pola kepribadiannya dan
lingkungannya. Dengan kata lain, jika kita mengetahui pola kepribadian
seseorang dan pola lingkungannya, pada dasarnya kita dapat menggunakan
pengetahuan kita mengenal tipe kepribadian dan model lingkungan untuk
meramalkan hasil daripada pasangan yang demikian.
Holland
melengkapi sebelas pokok pikirannya dengan mengemukakan :
1. Karakteristik
enam tipe kepribadian ( Realistik, Intelektual, Sosial, Konvensional, Usaha,
Artistik).
2. Karakteristik
enam model lingkungan (Realistik, Intelektual, Sosial, Konvensional, Usaha,
Artistik).
C.
Tipe-tipe kepribadian
1. Realistik
Tipe
model ini bersifat jantan, kuat jasmani, tidak sosial, agresif, mempunyai
kecakapan dan koordinasi motorik yang baik, kurang memiliki kecakapan verbal,
dan hubungan antar pribadi. Lebih menyenangi masalah yang kongkrit daripada
masalah yang abstrak, menganggap bahwa dirinya sebagai seorang yang bersifat
agresif dan jantan, dan mempunyai nilai-nilai ekonomi dan politik yang
konvensional. Orang-orang yang memilih dan menyenangi pekerjaan berikut ini
mirip tipenya, misalnya, pengawas bangunan, ahli mesin kapal udara, ahli
listrik, operator radio, ahli survei, dan lainnya.
2. Intelektual
Tipe model ini bersifat
berorientasi-tugas, tidak sosial, lebih menyukai dan memikirkan terlebih dahulu
daripada langsung bertindak terhadap pemecahan masalah yang dihadapi,
membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas pekerjaan yang kabur sifatnya,
memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional. Preferensi vokasional
termasuk : Ahli Antropologi, Astronomi, Biologi, Botani, Kimia, Geologi,
Ilmuan, Meteorologi, Fisika, Zoologi, Editor penerbit, Penulis Artikel Ilmiah,
dan Teknologi.
3. Sosial
Tipe model ini bersifat sosial,
bertanggungjawab, kewanitaan, kemanusiaan, keagamaan, membutuhkan perhatian,
memiliki kecakapan verbal, dan hubungan antar pribadi, menghindari pemecahan
masalah secara intelektual aktivitas fisik, dan kegiatan-kegiatan yang sangat teratur
rapi, menyukai pemecahan masalah, melalui perasaan, dan pemanfaatan hubungan
antar pribadi.
Preferensi vokasinal temasuk : Penilik
Sekolah, Guru Sekolah, Ahli Psikologi Klinik, Lembaga Kesejahteraan, Missionari
dan konselor.
4. Konvensional
Tipe model ini menyenangi bahasa yan
tersusun baik, dan kegiatan yang berhubungan degan angka, konformis,
menghindari situasi yang kabur, dan masalah-masalah yang melibatkan hubungan
antarpribadi dan kecakapan fisik, mengerjakan secara efektif terhadap tugas
pekerjaan tersusun baik, mengidentifikasikan dirnya dengan kekuasaan,
memberikan nilai yang tinggi atas status, dan kekyaan materi.
Preferensin vokasional termasuk :
Pengawas Bank, Bendahara, Ahli Statistik, Analisis Keuangan, Penaksir Biaya,
Operator Peralatan Komputer, Pengkaji Anggaran Belanja, Petugas, atau Ahli
Pekerjaan.
5. Usaha
Tipe model ini memiliki kecakapan lisan
untuk berjualan, mengusai dan menggiring, menganggap dirinya sebagai orang
kuat, menghindari dari penggunaan bahasa yang memerlukan intelektual dalam
jangka waktu yang lama, mudah menyesuaikan diri, berbeda dengan tipe
konvensional. Tipe ini menyukai tugas-tugas sosial yang kabur, dia memiliki
perhatian yang besar terhadap kekuasaan, status, kepemimpinan, dan bertindak
agresif dalam bentuk lisan.
Preferensi vokasional termasuk : Pimpinan
Eksekutif Perusahaan, Promotor Olahraga, Manager Hotel, dan Konsultan Hubungan
Industri.
6. Artistik
Tipe model ini bersifat tidak sosial,
menghindari masalah yang sudah dapat tersusun, atau yang memerlukan kecakapan
fisik yang besar, serupa dengan tipe intelektual, sukar menyesuaikan diri dan
tidak sosial.
Preferensi vokasional termasuk :
Pengarang, Ahli Gambar, Musik, Drama, Penyair, Pencipta Lagu, Pengubah Musik,
Seniman ( Artis).
D.
Model Lingkungan
Perilaku manusia tergantung atas dua
hal, yaitu kepribadian dan lingkungan tertentu tempat manusia yang bersangkutan
hidup. Pengertian tentang model ini akan memberikan informasi yang berguna
mengenai manusia, tetapi informasi ini tidak akan memadai apabila kita tidak
dapat merumuskan ciri-ciri lingkungan maupun manusianya. Oleh karena itu, untuk
melengkapi tipe-tipe model kepribadian, Holland menyampaikan enam model
lingkungan, yang menandai lingkungan fisik dan sosial yang sama dalam budaya
Amerika.
Lingkungan model selalu sesuai dengan
tipe kepribadian, karena itu setiap tipe kepribadian berada dalam lingkungan
yang berkaitan. Kita dapat menilai orang yang nyata dengan cara
membandingkannya dengan tipe kepribadian, demikian pula kita dapat menilai
lingkungan yang nyata dengan cara membandingkannya dengan model lingkungan,
yakni penjabaran lingkungan yang bersifat hipotesis. Model lingkungan dan tipe
kepribadian bersumber dari konsepsi yang sama. “Enam tipe kepribadian diatas, mencerminkan preferensi vokasional, sebaliknya,
model lingkungan, dapat dinyatakan sebagai suatu situasi/suasana yang diciptakan
oleh individu/manusia yang menguasai suatu lingkungan tertentu.
Karena tipe kepribadian dan model
lingkungan memiliki suatu perangkat konstruksi yang sama, maka hal ini
memungkinkan mengelompokkan orang dan lingkungan dalam istilah yang sama, dan
yang memungkinkan untuk membandingkan hasil pemasangan orang dan lingkungan.
Lebih jelasnya untuk meramalkan apa yang terjadi apabila seseorang berada di
dalam satu lingkungan tertentu.
1. Lingkungan
Realistik
Lingkungan realistik ditandai oleh
tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit, yang memberikan tantangan bagi
penghuninya. Untuk mendapatkan pemecahan yang efektif seringkali memerlukan
kecakapan mekanik, ketahanan, dan gerakan fisik untuk berpindah-pindah, yang
seringkali berada di luar gedung. Lingkungan realities hanya menuntut secara
minimal kecakapan hubungan antar pribadi, sebab kebanyakan dari tugas-tugas
dapat diselesaikan dengan hubungan yang sekali dan tidak mendalam dan bahkan
seringkali menuntut tuntutan-tuntutan lingkungan membuat keberhasilan dan
kegagalan yang langsung tampak jelas.
2. Lingkungan
Intelektual
Lingkungan intelektual ditandai dengan
tugas-tugas yang memerlukan kemampuan yang absrtak dan kreatif, bukan
tergantung pada kemampuan pengamatan pribadinya. Untuk pemecahan yang efektif
memerlukan imajinasi, inteligensi, dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang
bersifat intelektual dan fisik. Keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap,
yang terjadi dalam suatu periode waktu yang lama, meskipun kriteria
keberhasilan dapat bersifat objektif, dan dapat diukur. Masalah-masalah yang
terdapat dalam lingkungan ini berbeda
dalam tingkat kesukarannya, pemecahan masalahan sederhana seringkali dapat
diperoleh dengan menggunakan secara langsung hasil pendidikan yang lalu,
sedangkan pemampuan imajinalitasnya. Alat-alat dan perlengkapan memerlukan
kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kemampuan menulis sering
mutlak diperlukan.
3. Lingkungan
Sosial
Lingkungan sosial ditandai dengan
masalah-masalah yang memerlukan kemampuan mengintarpretasi, dan mengubah
perilaku manusia dan minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada umumnya situasi
bekerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan kedudukan.
4. Lingkungan
Konvensional
Lingkungan konvensional ditandai dengan
tugas-tugas, masalah-masalah yang memerlukan pemrosesan informasi verbal dan
sistematis. Keberhasilan pemecahan masalah relatif jelas dan terjadi dalam satu
periode waktu yang relatif singkat. Masalah-masalah
yang lebih rumit di dalam lingkungan itu memerlukan pengaturan
kegiatan-kegiatan orang lain.
5. Lingkungan
Usaha
Lingkungan usaha ditandai dengan
tugas-tugas yang mengutamakan kemampuan verbal yang dipergunakan untuk
mengarahkan atau memengaruhi orang lain.
6. Lingkungan
Artistik
Lingkungan artistik ditandai dengan
tugas-tugas dan masalah-masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi
bentuk-bentuk artistik malalui cita rasa, perasaan, dan imajinasi. Lingkungan
artistik memerlukan kemampuan untuk mengarahkan semua pengetahuan seseorang,
intuisi, dan kehidupan emosinya di dalam pemecahan masalah, yang berlawanan
dengan lingkungan realitas, intelektual, dan konvensional yang seringkali
kurang menuntut penggunaan sumber keseluruhan pribadi.
E.
Metode-metode Bimbingan Karier
Di antara berbagai metode, terdapat lima
macam metoda yang akan dikemukakan di sini yaitu :
1. Metode
Psikodinamik dari Anna Roe.
2. Metode
Behavioral dari Blau dan Kawan-kawan.
3. Metode
kognitif dari Ginzberg dan Super yang dikembangkan oleh Holland.
4. Metode
Transcedental yang dikembangkan oleh Super.
5. Metode
Developmental Career Counseling, yang dikembangkan oleh Tiedeman.
Dalam
hal ini Herianto Subari, (1979: 3 – 19 ) menulis sebagai berikut.
1. Metode
Psikodinamik
Teori ini membahas tentang hubungan
pengalaman, dengan sikap, kemampuan, minat, dan faktor kepribadian lainnya yang
ada pengaruhnya terhadap pemilihan pekerjaan atau jabatan seseorang sebagai
berikut :
a. Hipotesis
tentang hubungan pengalaman yang selalu dengan pemilihan jabatan
b. Hubungan
pola-pola pengalaman pada masa bayi dan kanak-kanak dengan sikap orang tua.
c. Hubungan
sikap-sikap orangtua dengan kebutuhan rasa puas pada diri anak-anak.
d. Cara
mengasuh dan pola perilaku orang tua terhadap anaknya.
e. Pemantulan
pengalaman yang dalam pemilihan pekerjaan.
2. Metode
Behavioral
Seseorang memilih dan memasuki suatu
pekerjaan tertentu, berbeda yang satu dengan yang lainnya, hal ini dapat
dijelaskan melalui pendekatan/penyelidikan yang dititikberatkan pada :
a. Ciri-ciri
psikologis individu tersebut dan proses motivasi yang mengarahkannya pada
pemilihan pekerjaan itu.
b. Strata
dan status sosial orang tua individu yang bersangkutan.
Berdasarkan
metode behavioral dapat diperjelas berbagai penjelasan berikut ini :
a. Skema
konseptual
Pemilihan pekerjaan
adalah suatu proses yang berlangsung lama dan dipengaruhi oleh faktor
penunjang, dan penghambat yang ada bersama dengan lamnya prose situ sendiri.
b. Proses
pemilihan dan menyeleksi pekerjaan.
Pemilihan itu di
motivisir oleh dua faktor yang berhubungan yaitu :
1). Kecendrungan
mendapat ganjaran
2). Pengharapan terhadap
perubahan-perubahan.
c. faktor yang menentukan dalam
memasuki pekerjaan
faktor yang menentukan dalam
memasuki pekerjaan ada delapan macam diantaranya :
1).
Kesempatan/tuntutan anggota baru untuk dapat
berkembang/maju, mendapat hari libur. 2). Kebutuhan fungsional. 3). Kebutuhan
non fungsional. 4). Ganjaran-ganjaran 5). Informasi tentang pekerjaan yang
lengkap. 6). Keterampilan teknik pekerjaan dalam bermacam-macam tugas
pekerjaan. 7). Cirri-ciri sosial pekerjaan yang lain yang dapat memengaruhi
keputusan. 8). Orientasi nilai masyarakat.
d.
Proses memasuki pekerjaan
3.
Metode Kognitif
Dalam
hal ini yang sangat perlu diperhatikan diataranya yaitu :
a. Suasana
pekerjaan
b. Orang
dan pengembangannya.
c. Model
orientasi pribadi
d. Tingkat
Hirarki
e. Peranan
hirarki perkembangan
f. Interaksi
antara pribadi dan lingkungan jabatan.
g. Pengetahuan
pribadi dan jabatan
h. Pengaruh-pengaruh
dari luar
F.
Peran Orang Tua dalam bimbingan Karir
peranan
orang tua sehubungan dengan hal ini yaitu :
a. Bantuan
menganalisis minat, kemampuan, dan keterbatasan anak
b. Penjelasan
tentang sifat-sifat yang diperlukan, kondisi kerja, gaya hidup pekerjaan dalam
bidang pekerjaan yang paling dikenal.
c. Diskusi
tentang nilai-nilai pekerjaan yang berkembang sebagai hasil pengalaman masa
lalu dan konsekuensi pengalaman.
d. Diskusi
tentang ekonomi keluarga yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan latihan dan
pendidikan anak, dan bantuan perancangan kegiatan.
e. Bantuan
dalam menggunakan pengalaman pengetahuan dan layanan dari family.
f. Menyediakan
suatu model penyuluhan terhadap anak-anak
g. Memberikan
contoh sikap
h. Menyediakan
situasi-situasi yang memungkinkan anak-anak mengalami proses pengambilan
keputusan dan memikul tanggungjawab.
i.
Membina komunikasi yang terbuka antara
sekolah dan rumah.
G. Aplikasi Teori Holland Disekolah
Pandangan holland
sangat relevan bagi bimbingan karir pada jenjang pendidikan awal dan pendidikan
tinggi. Penekanan yang diberiakn pada tingkat pemahan diri sehubungan dengan
beberapa kualitas bombingan yang dimiliki konselor untuk informasi yang akurat
mengenai lingkungan okupasi, menyandarkan lembaga bimbingan akan tugasnya
membantu individu menal dirinya dan lingkungan hal ini sangat diperlukan untuk
memilih okupasi yang matang. Selanjutntya Holland juga mengembangkan alat untuk
individu dalam pemilihan karir yaitu the occupations finder dan the
self-directed search, yang manyakan kagiatan/aktivitas yang diminati, dan
dievalusi diri dalam bebrapa ketrampilan, harus dicocokan dengan sistem
klasifikasi okupasi yang berlandasan pada teori yang sama, dengan demikian
individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi untuk pertimbangan
lebih lanjut.
H. Kelebihan Dan Keuntungan Teori Holland
Kelemahan dalam teori
ini adalah kurang ditinjau dari proses perkembangan yang melandas keenam tipe
kepribadian dan tidak menunjukkan fase tertentu dalam proses perkembangan dan
rentang umur. Teori hollad dinilai sebagai teori
komperhensif oleh para ahli psikologis karena meninjau pilihan okupasi sebagai
bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat
banyak dukungan dari hasil penelitian yang menyangkut model lingkungan dan tipe
kepribadian.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari barbagi
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Holland mengemukakan individu terbagi
menjadi 6 tipe kepribadian diantaranya realistik, intelektual, konvensional,
enterprising, artistik, dan sosial. Perkembangan tipe kepribadian tersebut
akibat dari interaksi dengan lingkungan dan yang menentukan dari tipe kepribadian
adalah faktor bawaan diri sendri dan lingkungan.
Individu dapat
menetukan karir secara gemilang apabila tipe kepribadian yang khas diterima
didalam suatu lingkungan kerja, selanjutnya minat yang dimiliki individu yang
besar dan sosial yang mendukung utuk bekerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Ketut, Dewa. 1994. Penggunaan
Tes Dalam Konseling Kari: Teori Konsep & interpretasi Tes. Usaha
Nasional: Surabaya-Indonesia.
Ruslan A Gani, 2005. Bimbingan Karir : Panduan Pemilihan Karir
Yang Terarah. Bandung: Angkasa.
Siswohardjono,
Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya di Berbagai
Institusi. Semarang: Satya Wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar